Páginas

Kenangan Manis di Balik Hujan (Karya Winda Listyani)



Alunan nada itu terdengar lagi ditelingaku, setelah sekian lama lagu itu menjadi kenangan.  Kenangan manis, dibalik hujan.
“Kau membuatku mengerti hidup ini
“Kita terlahir bagai selembar kertas putih
“Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai
“Dan terwujud harmoni
Akhir-akhir ini aku sering memutar lagu itu diponselku, alunannya menyejukan jiwa. Entah karena alunannya atau mungkin karena kenangannya.
Tiga tahun lalu, aku berteman baik dengan seorang cowok yg bernama  Rizky. Kita memang dekat, sedekat orang yg menjalin hubungan spesial, sampai teman-teman ku menyalahartikan kalau kita itu pacaran. Padahal tidak.
Sesudah pulang sekolah, pasti Rizky main kerumahku. Alasannya sih mau belajar bareng, tapi kayanya dia modus deh cuman mau ketemu aku aja hahaha. Entah kenapa setiap kita bertemu pasti selalu hujan, ah emang udah seharusnya hujan aja kali yaa.  Dia selalu membawa dua tas gendong, yg satu berisi buku-buku pelajaran dan yg satu lg berisi gitar akustik. Sebelum kita mulai belajar, dia selalu membawakan sebuah lagu itu untukku, mungkin pelepas rindu. Petikan senar dari jari manisnya yg indah seketika membuat hati menjadi lega, tenang, dan nyaman berada didekatnya.
Hari demi hari aku lewati bersamanya, suka, duka, senang, susah kita jalani bersama, kita coba saling menguatkan, saling menasehati satu sama lain, hingga aku berfikir hubungan aku dan Rizky sudah terlalu jauh kalau dibilang hanya sebatas teman. Aku yakin kalau dia juga beranggapan sama sepertiku. Tapi kalau memang begitu kenapa sampai saat ini dia belum mengungkapkannya? Bukankah cewek itu paling ngga suka menunggu.

Bandung, 23 Maret 2013
Langit tampak mendung siang ini. Dibawah pohon rindang aku menunggu seseorang, yaa Rizky. Hari itu dia mengajakku untuk bertemu, entah ada apa, setelah sekian lama kita loss-contact tiba-tiba dia ingin bertemu. Ada apa ini.
Setelah sekitar 15 menit aku menunggu, terlihat seorang pria dengan mengendarai mio merah, bermantel biru dongker menghampiri ke arahku. Tak salah lagi, itu orang yg aku tunggu-tunggu, Rizky. Dia turun dari motor dan mendekat ke arahku.
“Ya Allah.... gimana ini, kenapa aku jadi gak karuan gini, jantung rasanya mau copot” gumamku didalam hati.
Haiiiiii, apa kabar?. Ucapan yg keluar dari mulutnya. Aku terdiam, tak bisa berkata. Aku masih heran, ini mimpi atau nyata, setelah sekian lama tidak bertemu akhirnya kali ini kita dipertemukan lagi. 
Tak lama setelah berbincang, tangan mungilku ditarik olehnya, dan dibawalah aku ke sebuah rumah makan yg terkenal di Bandung. Aku masih bingung, gak tau harus mulai pembicaraan dari mana. Sampai akhirnya dia yg memulai pembicaraan dan bisa mencairkan suasana, yg tadinya terasa dingin dan kaku, akhirnya menjadi kocak dan terasa akrab. Sambil makan, kita juga bercerita tentang masa-masa dulu, nostalgia gitu deh.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, tandanya aku harus pulang.
Setelah sampai rumah, aku segera masuk kamar, karena tidak sabar untuk menuliskan cerita hari itu dalam diary. Saat aku akan mengambil diary didalam tas, kok ada bunga mawar merah, dan didalamnya terlulis “thanks you, this is the best day ever”. Tak salah lagi ini pasti dari Rizky, tapi kenapa bisa ada didalam tas ku?...Oh ya, aku ingat tadi aku sempat ke toilet pada saat di rumah makan, mungkin saat aku ke toilet, Rizky memasukkan bunganya ke dalam tasku. Ah tapi gimana cara bunga itu ada di tas ku mah gak penting, yang penting itu aku bisa nostalgiaan sama Rizky :D.
                                                                                                *****

Kringgggg..... suara alarm berbunyi. Tanda nya aku harus siap-siap pergi ke sekolah. Hari ini aku berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum, berhubung si beat hitam lagi ngadat.
Saat aku menginjakan kaki di tangga bus, tiba-tiba aku melihat seseorang, yang tak lain dan tak bukan ia adalah Rizky, astaga... dia tidak sendiri, aku melihat seorang wanita cantik berada di samping nya, siapa dia. Rasa ingin tahu terus menyelimutiku, yang harusnya aku sudah turun ditempat tujuanku untuk sekolah, kali ini aku pikir tidak ada salahnya untuk bolos sekolah, ini masalah hati.
Aku terus mengikuti perjalanan mereka, tanpa mereka tahu aku duduk di kursi belakang mereka. Hingga pada akhirnya mereka turun di sebuah gedung sekolah, yang tak lain itu adalah sekolahan Rizky. Aku berfikir sejenak, apakah wanita itu pacarnya Rizky? Aaaaah ngga mungkin. Aku mencoba menguatkan diriku sendiri.
Aku terus mengikuti mereka, menguntit dari belakang. Hingga akhirnya....
“awwwwwww”
Sial, pake kesandung batu segala.
“Rissa, ngapain disini? Udah dari tadi dibelakang kita?” tanya Rizky.
“ehh, emm, emm, ngga tadi aku gak sengaja lihat kalian, mau nyapa eh takut salah orang hehe, maap yaa” ujar ku.
“ehh kenapa minta maaf, ga salah kali lo riss. Oh ya, kebetulan ketemu kamu disini, aku mau ngenalin nih, pacar baru gue, Acha namanya”
Astagaaaaaaa, gak salah denger nih aku, semoga ini cuma mimpi yaa tuhan. Aku gak tau harus gimana kalo ini bener-bener nyata.
“Oh pacar kamu, Ky? Selamat yaaa, akhirnya kamu bisa dapetin cewe yg kamu mau. Semoga langgeng”
Aku langsung balik badan, seketika air mata pun menetes, aku coba mencubit pipiku, aku masih yakin kalo ini cuman mimpi, tapi sayangnya cubitanku memang sakit, berarti tandanya ini nyata. Perlahan aku melangkah, menjauh dari Rizky dan pacar barunya.
Aku ngga ngerti, apa maksud dari ini semua, padahal kan hari kemarin Rizky baru saja membuat pikiranku melayang-layang, membuat aku terbang, melting, dan hari ini aku serasa dihempaskannya jatuh dari udara, kepercayaanku seketika dihancurkan.
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telat menyakitiku
Lelah hati ini menyakinkanku
Cinta ini membunuhku
Ohhhhhh,,,, tepat sekali lagunya.
Setelah sampai dirumah, kenapa rasanya makin tambah sakit. Setiap melihat ruang tamu, yang dulunya aku pakai sebagai tempat belajar dengan Rizky, tempat dia menyanyikan lagu untukku. Sesakit inikah patah hati?
Aku berfikir dia punya perasaan yang sama denganku, aku fikir dia akan mengungkapkan perasaannya setelah kemarin kita bertemu. Tapi kenyataannya apa, pahit sekali. Aku salah mengartikan semuanya, mungkin kita memang merasa nyaman saat sedang bersama. Aku menganggap rasa nyaman itu adalah sebagai awal dari perasaan sayang, cinta.Tapi itu tidak untuk Rizky, mungkin menurutnya hanya sekedar nyaman sebagai teman, ya sebagai teman. Semua itu ia lakukan mungkin karena untuk mengisi kekosongan hatinya saja.
Hmmmm.... yasudahlah, mungkin aku harus belajar lagi nih tentang dunia percintaan, gak bakat sih yaa, lagi-lagi salah mengartikan perasaan, dan akhirnya siapa yg terluka? Aku!!! Hahaha. Lucu sih kalo diinget-inget, tapi yaa ngga apa-apa deh, mungkin sang pencipta sedang mempersiapkan jodoh yg tepat untuk aku. Yaaa walaupun sering kena sakit hatinya. Inget pepatah aja deh “berakit-rakit kehulu, bersenang-senang kemudian”.
Dan inget satu lagi, dibalik kesusahan pasti ada kebahagiaan, setelah lama menunggu pasi akan ada yang datang.

                                                                                                ******




Tentang Mimpi Semalam





          Aku duduk di barisan tengah, bersama kawan-kawan seperjuanganku. Sedangkan di barisan depan para adik tingkat ku duduk rapi seperti menunggu guru galak yang akan masuk. Aku heran tempat apa ini? Ruang kelas? Kenapa kelasku bersatu dengan bocah-bocah ini? Ini ruangan asing. Aku belum pernah kesini sebelumnya.
Di depan ruangan itu, seorang laki-laki yang tak asing bagiku berdiri layak nya seorang mentor. Apa? Itu kan Mario? Mario pacarku, sedang apa dia di sini? Apa akan ada reuni angkatan ? Aku masih bingung dengan sejuta pertanyaan di otakku.
Hey? Siapa itu? Gadis berkawat gigi itu duduk didepan sebuah meja panjang sambil membawa tas dan buku. Dia juga tak asing. I.. it.. itu, itu Gea? Aku lebih tercengang saat melihat gadis itu, ya itu Gea? Sedang apa dia disini? Bersebelahan dengan Mario pula? Gea adalah mantan pacar Mario. Aku sebal, kenapa seperti ini?
Gadis itu bertingkah seolah sudah akrab dengan aku, kawan-kawanku, dan adik tingkatku. Bahkan dengan Mario. Mereka begitu dekat. Aku geram, aku ingin menghadang. Tapi tak bisa bergerak, aku seperti di lem di tempat duduk ku sendiri. Aku tak bisa melakukan apa-apa.
Sampai akhinya... Terdengar suara Mama “Bangun Vivi... Sudah jam enam” Katanya sambil menggedor pintu kamar.
Ahh... ternyata ini mimpi, tapi apa arti sebuah mimpi itu? Kenapa aku memimpikan Gea dengan Mario? Aku segera mengambil ponsel di pinggirku. Terdapat satu pesan yang belum dibaca.
From Mario : Bangun, cantik...
Aku tersenyum, dalam bingung...



Meitha, titisan Mama Laurent ???



Aku berjalan sambil melamun, menafakuri jalan aspal yang sedang aku lewati. Di telingaku terngiang kata-kata seorang sahabatku yang baru saja aku kunjungi .
“Vi, kayak nya bentar lagi kamu bakalan dapat pengganti Radit deh. Kayak nya kamu nanti bakalan pacaran sama kakak kelas”
 Ah, kenapa aku jadi memikirkan kata-kata dari orang konyol seperti dia? Toh, semua itu Tuhan yang mengatur. Tapi, kenapa dia bisa asal celetuk seperti itu? Pikiran ku masih di penuhi banyak pertanyaan. Sampai akhirnya aku sampai di ujung jalan.
***
          Satu bulan berlalu. Entah sebuah kebetulan, atau memang nyata adanya. Kata-kata yang pernah terlontar dari mulut sahabat lamaku itu terjadi. Saat ini aku memang sedang dekat dengan seorang kakak kelas. Aku mengenalnya kurang lebih satu bulan yang lalu. Dan itu dua minggu sebelum sahabatku Meitha mengatakan hal yang asal itu. Memang sebelum nya aku sempat mengagumi kakak kelas ku itu. Hanya sebatas Kagum. Tapi semua nya berubah saat dia mengakui kalau dia menyukai ku. Aku sempat bingung dan tak menyangka. Kenapa dia bisa suka aku? Padahal waktu itu aku sempat kecewa saat tahu dia sudah punya pacar.
***
          Satu bulan berikutnya, aku dan kakak kelasku itu resmi berpacaran. Dan itu sebuah surprisse, karena kata-kata asal Meitha akhirnya benar-benar terwujud. Ya, aku akui ini adalah kali ketiga dia memprediksikan sesuatu padaku. Yang pertama , dia pernah mengatakan kalau tak lama lagi aku akan putus dengan Radit. Dua hari kemudian kata-katanya menjadi nyata. Waktu itu aku benar-benar tidak percaya, bahkan tidak pernah menggubris kata-katanya. Yang kedua adalah saat aku akan mengalami masalah besar. Dan Yang ketiga adalah kali ini. Hah, aku masih bingung.. Ini hanya kebetulan atau bagaimana? Apa mungkin dia seorang peramal? Meitha Titisan Mama Laurent? Entahlah.

By : Evi Purwanti

Fight For Love



Awal Perkenalan...
“Hai... loe Rifka kan?”
“Hmm... ya, ada perlu apa ya?”
“Mmm... ngga apa-apa kok, gue cuma ingin kenal aja. Boleh kan? Oh iya nama gue Fadhil, gue anak kelas 3 IPA 2 dan gue adalah ketua kelasnya”
“Ya ya ya ya FAD-HIL, tapi sumpah ya gue ngga nanya tuh”
“Yipiiiiii... gak apa-apa deh loe ngga nanya juga, yg penting sekarang loe tau gue kan. Seneng banget deh bisa kenalan sama cewe secantik loe”
“Heuuh... ya deh terserah”
Gak nyangka banget gue bisa kenalan sama cewe itu, Rifka, Yaps! Rifka namanya. Dua tahun gue naksir tuh cewe tapi baru sekarang bisa kenalannya. Maklum sih, dia kan cewe terpopuler disekolah, paras nya yg cantik cowo mana sih yg gak tertarik. Gue tuh naksir Rifka udah dari jaman MOPD, tapi gue tuh takut banget setiap mau kenalan sama dia, gue gak PD banget, bayangin aja dia cantik banget, coba gue? Muka pas-pasan begini, jelek, item, parahnya sih gue hidup lagi. Mana mau dia kenalan sama gue kan? Heuuuh yg ada dia kabur begitu lihat muka gue. Tapi gue tuh gak pernah nyerah ngejar cinta nya dia, gue tuh yakin suatu saat nanti bakal ada keindahan dari upaya yg udah gue lakuin. Kalo kata orang-orang sih “all will be beautiful in it’s time ”. Bener gak tuh?.
Bertahan demi cinta itu emang nyakitin sih, tapi... gue rela ngerasain itu semua cuma demi honey bunny sweety gue “Rifka”. Tapi kenapa ya gue ngebet-ngebet amat sama tuh cewe? Padahal gue kan tau sendiri kalo tipe cowo yg disukai Rifka itu jauh banget sama gue... Coba lihat deh cowo nya Rifka yang sekarang, dia tajir, cakep, anak pemilik sekolah, cowo terpopuler di sekolah. Nah sekarang lihat gue... gue terlahir dari keluarga sederhana, modal muka gue pas-pasan, gue pergi sekolah cuma jalan kaki. Ampun dech... masih PD aja gue ngejar-ngejar tuh cewe. Tapi gue tetep gak akan nyerah .
Selain punya cinta...gue juga punya seorang sahabat yg sangat ngedukung gue. Didit namanya. Dia gak jauh beda sama gue, 11 12 dech...sama-sama koclak. Tapi gue beruntung banget punya sahabat kaya dia. Dia tuh setia setiap saat kaya rexona. Disaat gue butuh bantuan dengan siap sedianya dia pasti bantuin gue...walaupun akhirnya dia minta satu bungkus nasi padang. Oke, fine, gak masalah buat gue selagi uang saku gue masih cukup buat beli tuh nasi padang. Didit selalu punya banyak ide buat gue deketin Rifka. Contohnya nih waktu itu Didit nyuruh gue ngasih bunga sama coklat ke Rifka... tapi hasilnya nihil broo! Kenapa coba? Ya jelas aja Rifka nolak bunga sama coklat dari gue orang bunga nya tuh bunga kamboja dan coklatnya lo tau coklat apa? Coklat ayam-ayaman jaman dulu itu tuh. Haduuuh parah banget nih Didit... ide sih ide tapi gak bikin malu-maluin juga kaleee.

***
“Dil... gue punya ide bagus nih”.
“Ahh ide apa lagi sih dit? Ide-ide loe tuh cuma bikin Rifka tambah ilfill sama gue”
“Eiiiitss... gue yakin ide kali ini pasti berhasil. Percaya deh. Believe me.. believe me hehehe”
“So inggris loe! Emang loe punya ide apa lagi dit?”
“Rifka kan suka cowo yg cool tuh..coba deh loe lihat cowo nya yg sekarang. Cool abis kan? Nah gimana kalo elo rombak penampilan loe kaya cowo nya Rifka tuh”
“Buset dah... Serius loe? Tapi kan duit juga diperluin kaleee dit”
“Udah tenang aja, masalah duit gue bantu deh”
“Aaaa tengkyu sobat..”
Siang itu gue dan Didit meluncur ke sebuah salon. Gue bakal rombak penampilan gue. Demi Rifka oh Rifka.
Satu jam kemudian.
“Taaaaaaarrrrrraaaa... gimana penampilan gue sekarang Dit?”
“Wiiih... ini beneran elo Dil? Keren banget loe!”
“Sumpeh loe haha”
“Ciyuuus qaqaqs”
Gue gak nyangka banget nih ternyata penampilan gue bisa dirombak juga, gue kira gue udah jelek permanen. Kenapa si Didit baru kepikiran sekarang buat ngerombak penampilan gue coba ya, kenapa gak dari dulu aja gitu.
Besok nya gue pergi sekolah seperti biasa, jalan kaki. Tiba-tiba ada yang nyetop gue tuh, ternyata itu si Didit.
“Eh brooo! Ganteng-ganteng ko jalan kaki sih haha”
“Wah songong loh Dit! Bentar deh, ngomong-ngomong motor baru nih. Gaya loe!”
“Iya nih babeh gue yg beliin... Eh Dil, gue kan sahabat loe yg baik hati dan tidak sombong... Gue pinjemin motor nih,biar gue yg jalan. Itung-itung biar tambah kece kan loe”
“Serius loe? Baik banget sih loe brooo. Tengkyu ya broo”
Betapa beruntung nya gue punya sahabat kaya Didit.
Setelah gue dipinjemin motor sama Didit gue langsung menuju sekolah, gue gak sadar kalo ternyata semua pandangan cewe tuh tertuju sama gue. Ya Tuhan... mimpi apa gue semalem. Begitu gue lepas helm gue lihat sesosok perempuan berdiri dihadapan gue. Dan ternyata perempuan itu adalah Rifka.
“Hai... Fadhil ya?”
“mmm...mmm... ya gue fadhil”
“Masuk bareng yuk”
“Oke ayo”
Wah seneng banget nih gue, setelah sekian lama gue menanti adanya sesosok wanita yg ngajak gue jalan bareng. Dan akhirnya sekarang kesampaian juga. Yuhuuu!. Gue gak nyangka sosok cewe yg dulu nya jijik banget sama gue sekarang ada disamping gue dengan membawa sejuta harapan buat gue. Kayaknya Rifka tertarik banget sama penampilan gue kali ini.
Tanpa gue sadari ternyata Reno (cowo nya Rifka) menghampiri gue. Dan... Plaaaakkkk!!! Tonjokan maut Reno kasih ke muka gue.
“Eh loe! Ngaca dong, Rifka tuh cewe gue! Berani-berani nya elo deketin dia”
“euu...euu... maaf maaf ren gue gak tau kalo Rifka cewe loe (gue ngeles)”
“Awas loe kalo berani deketin Rifka lagi!”
Aduh apes banget gue. Baru aja berasa terbang melayang bareng cewe impian gue, eh tiba-tiba terhempas gitu aja. Parah..parah.. Tapi gak apa-apa deh, step by step bakal gue lakuin.
........
Keesokan harinya gue berangkat sekolah seperti biasa, masih tetep jalan kaki. Gue gak enak kalo setiap hari harus minjem motornya Didit. Tiba-tiba.....brrrrraaaaakkkkk ada mobil yg nyerempet gue, alhasil gue jatoh dong. Dengan muka penuh harapan gue coba buat berdiri, dan turunlah seorang pria dari mobil itu.
“Nak, kamu tidak apa-apa?”
“Emm... gak apa-apa kok pak, Cuma lecet-lecet sedikit aja”
“Aduh maafkan bapak ya nak, bapak tadi buru-buru. Bapak bawa kamu ke Rumah Sakit ya?”
“Tidak usah pak, saya gak kenapa-napa kok pak”
“Oh yasudah kalau begitu, ini ada sedikit uang dan kartu nama saya. Kalau kamu butuh bantuan, kamu gak usah sungkan ya nak hubungi bapak saja.”
“Emm tapi uang nya tidak usah pak”
“Eh ayo terima saja, anggap saja ini uang ganti rugi karena kamu jadi lecet-lecet seperti ini”
“Kalo begitu terima kasaih banyak pak”
“Iya. Ngomong-ngomong kamu mau berangkat sekolah ya?”
“Iya pak”
“Dimana sekolah kamu?”
“SMA 1 Cihampelas pak”
“Oh SMA 1 Cihampelas, kalo begitu bareng bapak saja. Sekalian bapak lewat jalan situ”
“Aduh pak tambah ngerepotin nih”
“Oh ngga, bapak sama sekali tidak merasa direpotkan. Ayo cepat naik”
Sampai disekolah Didit menghampiri gue.
“Dil, siapa tadi yg nganter loe?”
“Oh itu, bapak itu yg nyerempet gue tadi. Dia merasa bersalah jadi dia nganter gue kesekolah”
“Oh gitu, orang kaya tuh kayanya”
“Kayanya sih gitu, pakaian nya aja rapih banget broo. Oh iya gue dikasih kartu nama juga nih, kayanya bapak itu pengusaha deh. Gimana kalo gue ngelamar kerja di kantor nya ya?”
“Wah bisa tuh. Coba aja kalo gitu dil”
Seusai pulang sekolah gue kepikiran buat ngelamar kerja di kantor bapak yg nabrak gue tadi. Pak Jhony namanya. Gue datengin alamat yg tertera di kartu nama itu. Wah gila... ternyata kantornya gede banget. Dan disitu gue ketemu langsung sama pak Jhony.
“Selamat siang pak”
“Eh kamu Fadhil. Pulang sekolah langsung ke sini? Ada perlu apa? Apa bapak bisa bantu?
“Iya pak, kedatangan saya kesini saya mau ngelamar kerja di kantor bapak”
“Oh gitu. Kebetulan bapak sedang membutuhkan seorang asisten. Apa kamu mau jadi asisten saya?
“Wah asisten ya pak... Tapi saya belum berpengalaman nih pak”
“Saya yakin kamu pasti bisa. Mulai besok kamu dateng ke kantor ini seusai kamu pulang sekolah ya”
“Besok pak? Beneran nih pak? Aduh makasih ya pak...”
“Iya iya saya tunggu ya(senyum)”
Alhamdulillah...akhirnya gue punya kerjaan juga, jadi gue kan bisa bantu ortu nambah-nambah penghasilan.
Sibuk sekolah dan kerja bikin gue sedikit lupa sama Rifka. Gue sadar masih banyak hal yg lebih penting yg mesti gue lakuin. Masalah cinta mah belakangan aja deh, toh kalo jodoh gak akan kemana. Yang terpenting sekarang gue lulus sekolah, gue rajin kerja, gue bisa ngelanjutin kuliah, dan gue bisa ngebahagiain ortu gue...

By : Winda Listyani Reitama